Tuhan,
Boleh aku katakan titip orang yang aku sayang di sana meski
aku tahu itu milikMu?
Ini lebih perih, dari sekadar jemariku teriris pisau
Atau kakiku terantuk batu di perjalanan tadi
Lebih dari sakit, lebih dari sekadar nyeri. Aku kehilangan.
Ayahku.
Ayah,
Ada satu kesah di dada kini, aku belum pernah kalahkan
gengsi untuk buat guratan bibirku di keningmu semasa hidupmu
Ada satu keluh di dada kini, jantungku berdetak lebih cepat
dari tik-tok arloji saat seorang anak berjalan mengandeng erat tangan ayahnya
di hadapku
Dan, ada satu perih di hidupku kini, aku belum bahagiakan
bahkan sampai sedetik sebelum kepergianmu
Ayah,
Semoga kamu telah bahagia atau pernah bahagia, beranakan aku
dan beristri ibuku
Semoga peluhmu dulu terbayar lunas dengan harum surga kini
di singgasanamu
Semoga semua letih yang pernah kau kunci simpan rapi di
hatimu terganti dengan banyak tawa di surgaNya
Ayah,
Kamu mengingatku? Merindukanku pun?
Gadis kecilmu yang sekarang sudah remaja, mengenal dunia
bahkan cinta
Gadis kecilmu yang dulu kamu ajarkan keras agar tak mudah
tumpahkan airmata
Gadis kecilmu yang lincah berlari ke sana ke mari, jatuh,
menangis, lalu kembali kau buat tertawa
Apa kau bangga di sana melihat gadis kecilmu sebentar lagi
pakai toga di wisuda?
Ayah, gadis kecilmu masih mendamba seorang lelaki hebat
sepertimu di masa depannya.
Tuhan, izinkan satu malaikatMu bacakan tulisan ini untuk
ayahku.
Atau kalau tak sempat waktu, katakan saja padanya, aku
merindu.
Terima kasih.