Rabu, 07 Agustus 2013

Teruntuk, Kamu (Part III)

Seandainya cinta tak datang lebih dulu, mungkin tak akan sesendu ini tanpamu. Hanya mampu lipat rindu taruh dalam lemari, lalu sebagian lagi aku kemasi rapi dalam peti sebelum dikremasi.
Seandainya kamu datang tanpa pesonamu dulu, mungkin hati tak akan selebam ini. Menahan sakit merindu sesekali ngilu. Bukan haru biru, tanpa haru tinggal biru.
Seandainya kita tak ditakdirkan bertemu. Mungkin kini di sepanjang hari tak aku dalami rutinitas merindumu. Dadaku tak terisi kepulan rindu, lapang. Tak ladeni ocehan-ocehan rindu jalang. Tak lagi menunggu kamu pulang, duduk terpaku di depan pintu.
Termangu aku menopang dagu menunggu, kepalaku berat penuh kamu. Tak jauh beda dengan hatiku, sesak dikerubuti rindu keparat. Sumpahku mereka mati satu persatu, sekarat. Seharusnya ku siapkan belati sebelum mereka hadir lebih banyak lagi.
Bersahabat dengan dingin bengis, memeluk diri sendiri lalu terbiasa menikmati sendu. Ingat sebidang dada, tempat aku dulu pernah rebahkan kepala, lupakan beberapa resah, lepas lalu tertawa. Ingat sepasang lengan, yang dulu tak bosan menguatkan. Ingat seruas kecup di kening, sesekali di tengkukku, yakinkan dulu di setiap nafasmu pun kamu menyayangiku. Dulu tak sesesak ini kalau rindu sedang bertamu. Sebelum semuanya berubah.

Sedang ada kisah baru yang kini kamu jalani. Dengan pilihanmu di sana. Aku patah hati lagi, pada satu lelaki yang dulu buatku berulang jatuh hati. Aku tak benar-benar meninggalkan, perhatikanmu dari lain sisi, berharap salah satu doa baikku terkabul hari ini. Aku bahagia dengan bahagiamu. Akan datang suatu masa, aku berhenti perhatikanmu dari sisi ini, menoleh ke lain arah berjalan menjauh membelakangi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar