Seandainya
cinta tak datang lebih dulu, mungkin tak akan sesendu ini tanpamu. Hanya mampu
lipat rindu taruh dalam lemari, lalu sebagian lagi aku kemasi rapi dalam peti
sebelum dikremasi.
Seandainya
kamu datang tanpa pesonamu dulu, mungkin hati tak akan selebam ini. Menahan
sakit merindu sesekali ngilu. Bukan haru biru, tanpa haru tinggal biru.
Seandainya
kita tak ditakdirkan bertemu. Mungkin kini di sepanjang hari tak aku dalami
rutinitas merindumu. Dadaku tak terisi kepulan rindu, lapang. Tak ladeni
ocehan-ocehan rindu jalang. Tak lagi menunggu kamu pulang, duduk terpaku di
depan pintu.
Termangu
aku menopang dagu menunggu, kepalaku berat penuh kamu. Tak jauh beda dengan
hatiku, sesak dikerubuti rindu keparat. Sumpahku mereka mati satu persatu,
sekarat. Seharusnya ku siapkan belati sebelum mereka hadir lebih banyak lagi.
Bersahabat
dengan dingin bengis, memeluk diri sendiri lalu terbiasa menikmati sendu. Ingat
sebidang dada, tempat aku dulu pernah rebahkan kepala, lupakan beberapa resah,
lepas lalu tertawa. Ingat sepasang lengan, yang dulu tak bosan menguatkan.
Ingat seruas kecup di kening, sesekali di tengkukku, yakinkan dulu di setiap
nafasmu pun kamu menyayangiku. Dulu tak sesesak ini kalau rindu sedang bertamu.
Sebelum semuanya berubah.
Sedang
ada kisah baru yang kini kamu jalani. Dengan pilihanmu di sana. Aku patah hati
lagi, pada satu lelaki yang dulu buatku berulang jatuh hati. Aku tak
benar-benar meninggalkan, perhatikanmu dari lain sisi, berharap salah satu doa
baikku terkabul hari ini. Aku bahagia dengan bahagiamu. Akan datang suatu masa,
aku berhenti perhatikanmu dari sisi ini, menoleh ke lain arah berjalan menjauh
membelakangi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar