Kamu
yang sudah bahagia. Kamu yang sudah temukan pasangan barumu. Aku masih saja
berkutat dengan ingatan kita dulu, keparatnya rinduku masih belum juga berjumpa
temu. Kamu lihat airmataku? Kamu tahu aku merindu?
Aku
saja yang terlalu banyak merajut banyak asa dalam anganku. Jahit beberapa ingin
dalam kalbuku. Aku hanya berharap Tuhan kabulkan semua pinta yang sudah lama
berdiri. Tanpa harus ku hapus satu-satu dari awal lagi. Tapi Tuhan malah berkata
bukan saat ini.
Lalu
kapan Tuhan? Datangnya satu hari kita berdiri bersama. Satukan genggaman mulai
saling membahagiakan diri. Aku berjanji kalau suatu nanti datang lagi hari ia
ingin pergi, aku tak akan hanya berdiam diri lagi. Yakinkan satu persatu yang
telah dititi. Ingatkan detik seperdetik waktu yang telah terlewati. Walau akan
ada satu titik, aku harus berhenti.
Aku
lelah. Banyak alasan yang menyuruhku menyerah. Aku hanya tahu caranya
berpasrah. Bak air hujan yang ikhlas bertumpah jatuh ke tanah. Aku begitu,
hanya mampu tundukkan kembali lalu berserah lagi. Peduli setan dengan kata-kata
mereka menyuruhku usaikan di sini. Terlalu tinggi aku gantungkan harapku
akanmu, terlalu banyak ingin dalam angan yang kutitipkan padamu.
Hati
bahkan rindu, aku harap lekas mati layu. Hilang begitu saja, tak ingat lagi
kamu. Atau berharap akan ada satu temu.
Langit-langit
ruangku sedang adakan pertunjukan. Peran bahkan dialognya persis seperti kita
dulu. Langit-langit Tuhan pun tak hadirkan bintang, walau hanya satu. Tuhan lupa lagi belikan mainan baru. Rautnya terlihat
sendu. Pun sama kurasa dengan hatiku. Tangis gugur satu persatu. Kuatku tak
sama dengan yang kukira waktu itu.
Tuhan
sudah kabulkan doaku “Semoga kamu bahagia di sana dengan siapapun pilihanmu”. Seharusnya
Tuhan tahu bahwa aku tak setangguh itu. Tuhan mengajakku bercanda, buat lelucon
aminkan lalu kabulkan ucapku yang satu itu.
Ajarkan
aku caranya menyerah, Tuhan. Hilangkan angan yang sudah rapi kusimpan satu-satu.
Lenyapkan ingin yang kuhidupi setiap satuan waktu. Terakhir, rapikan isi
kepalaku yang semakin rancu.
Kuhapus
harapku kemarin, rindu yang kuutus tuntun kamu agar cepat ingat jalan pulang. Kuenyahkan
kata amin dalam doa temuku, meski sia-sia tulus yang datang dalam airmata yang
pernah berlinang. Pudar satu-satu lalu
hilang.
Rabu, 7 Agustus 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar