Kamis, 25 Juli 2013

Ending

Sayang jalan gontai ketemu ego terus disapa,"Hey, gue pemenangnya. Tinggalin mereka dan jangan balik lagi".
Sayang sekedar ngelirik terus bilang,"Liat di belakang gue masih ada harapan, dia masih setia sama gue. Lu sendirian".
Ego jawab,"Halah cuma harapan? Liat wujud harapan lu aja samar". Sayang pergi sambil gandeng harapan yang pincang.

Di tempat lain, logika nasehatin hati,"Mau sampe kapan stuck di sini? Liat mereka yang mau jagain lu dan masih peduli sama lu".
Hati jawab,"Selama gue masih mampu begini gue nikmatin. Peduli setan sama semuanya". Logika bilang,"Lu udah cape tapi tetep maksain".

Sayang dateng sama harapan yang pincang terus genggam tangan hati,"Gue masih sama lu, kita sama-sama balik ke mereka".
Logika jawab,"Dari awal kalian itu kalah, liat ego masih erat dipeluk sama mereka".
Sayang, harapan pincang dan hati nangis,"Kita nyerah".

Logika senyum terus bilang sama sayang dan hati,"Kalian cari orang baru yang bisa ngehargaiin arti tulus kalian. Sekali lagi.". :)

Senin, 22 Juli 2013

Pikirkan Ketika Kamu Merasa Sendiri

Pernah ada seseorang di sampingmu, setia mendengar tiap bait ceritamu, tak bosan dengar setiap keluhmu. Meski tak pernah bisa berbuat apa-apa setidaknya dia pernah ada.

Pernah ada seseorang yang selalu membanggakanmu, seakan lupa bagaimana buruknya masa lalumu tapi tetap mau menerima.

Pernah ada seseorang yang selalu mendoakan bahagiamu, meski tak pernah sesekali kamu ingat untuk kembali mendoakannya.

Pernah ada seseorang yang mencintaimu dalam diam yang sangat dalam.

                                                                                                               Who Loves

See Later

Sayang mau jalan-jalan sebentar ngajak si ego. Ego jawab."Duluan aja gue masih pengen di sini maenin mereka".

Ego juga nitip pesan ke sayang," Lu cari aja dulu pasangan yang bisa ngehargaiin lu. Kalo udah nemu jangan balik ke sini lagi. Mereka gak pantes ngerasain lu lagi".

Sayang juga bilang ke ego,"Kalau nanti lu kalah, gue bakal balik lagi ke sini. Bahagiain mereka".

Ego ngejawab sinis,"Kita liat nanti. Mereka meluk gue lebih erat daripada pertahanin lu ada di sini".

Sayang tersenyum dan ego ketawa yakin menang.

Terlalu

Apa kabar kamu?
Kadang rindu buat aku jemu. Dengan jarak yang jauh, selebihnya bosan dengan pengabaianmu.
Kasihan, anak rindu duduk di pojok ruangan. Dia bilang kelaparan, sekaligus haus pelukan. Sudikah kamu memberikan?
Makin benci dengan caraku mencintaimu. Selalu saksikan di penghujung senja lahirnya anak rindu. Lagi-lagi dengan segala diammu. Terlalu.
Kalau hatiku bilang, Tuhan sedang mengajarkanku dewasa. Tak mudah untuk jatuh mencinta. Bertahan walau tersiakan itu kuat katanya.
Kalau logikaku bilang, Tuhan sedang mengajarkanku kerelaan. Pergi tanpa menengok lagi ke belakang. Tertawa obat penghapus kepedihan.
Begitu mungkin.

Jumat, 19 Juli 2013

Hujan Punya Cerita Tentang Kita

Jatuh cinta kepadamu begitu menyenangkan, seperti meringkuk dalam selimut hangat pada malam yang hujan. Seperti menemukan keping terakhir puzzle yang sedang kau susun. Cerita ini sudah berada tepat di tempat yang seharusnya, di ruang hatimu dan hatiku.

Namun, mengapa resah justru yang merajai kita?
Padahal, katanya cinta sanggup menjaga. Aku ingin kau tahu, diam-diam, aku selalu menitipkan harapan yang sama ke dalam beribu-ribu rintik hujan: aku ingin hari depanku selalu bersamamu.

Aku mencintaimu. Selalu.
Dan, mereka tak perlu tahu....

Hujan Punya Cerita tentang Kita - Yoana Dianika
Bukune

Yesterday and Now

Kemarin rindu mencubit menyuruhku melirik
Aku lebih memilih pura-pura tuna rasa lalu bayangkan ada nyaman yang lebih menarik.

Kemarin kenangan mengajakku berkunjung
Aku lebih memilih pura-pura tak tahu lalu bersiap sambut cinta baru datang.

Kemarin aku suka menganti hadirmu dengan bir dingin
Sekarang aku lebih memilih habiskan waktu buat catatan angan yang penuh ingin.

Kemarin seteguk kopi hangat hadirkan beberapa penari kenangan
Sekarang aku lebih memilih begitu saja melewatkan dan bergegas melupakan.

Kemarin bulan bertemu aku di persimpangan malam
Dia bertanya kemana Tuan yang dulu aku ceritakan
Aku bilang dia berlayar lalu mati tenggelam.

Kemarin malam menyindirku diam-diam
Dia bertanya kemana perginya rinduku yang terlalu dalam
Aku jawab dia sudah mati bertumpuk belum dimakamkan.

Kemarin ingatan juga mengundangku ke taman kenangan
Tempat dimana cerita banyak aku tanam
Aku bilang, jadikan saja sekedar peninggalan.

Perihal Rindu

Seharusnya rindu punya hari libur
Pasti rindu tahu diri di akhir pekan memilih tidur
Meringkuk dalam selimut, nyenyak sampai mendengkur.

Semestinya rindu punya ruang tunggu
Tempat diam menunggu sambil bertopang dagu
Jauh hari buat janji ingin bersua dengan Tuan temu
Sebelum beberapa rindu mati membiru.

Beberapa dari mereka sedang sekarat menunggu mati
Berharap Tuannya sudi mengantar sampai peti
Rindu malang.

Kepada Rindu, Waktu lalu Cinta

Kepada rindu yang kini jadi sendu
Tenanglah kamu dalam pesakitanmu
Pemilikmu enggan untuk lagi mengunjungimu.

Kepada waktu yang kini jadi pilu
Beristirahatlah kamu sebentar dalam pencarianmu
Apa yang kamu cari semakin kencang saja berlari.

Kepada cinta yang kini jadi abu
Rebahkan ragamu dalam singgasana hati
Cari lagi tempat baru
Penciptamu enggan untuk lagi buka pintu.

Sabtu, 13 Juli 2013

Katamu

Katamu, bukan perihal bagaimana esok nanti usir semua kebosanan hari. Tapi perihal bagaimana bahagiakan mereka yang masih di sisi.

Katamu, bukan perihal bagaimana menangisi mereka yang terlampau dulu pergi. Tapi perihal bagaimana membahagiakan mereka dari sini.

Katamu, bukan perihal meladeni egoku sendiri. Tapi perihal bagaimana aku kembali memikirkan perasaan mereka yang mengasihi.

Katamu, bukan perihal dikenal karna predikat gaulnya. Tapi perihal bagaimana diingat karna tiap kebaikan budinya.

Katamu, bukan perihal mengeluh tentang apa-apa buruk yang terjadi. Tapi perihal bagaimana bersyukur dengan apa-apa yang Tuhan beri.

Katamu, berhenti jadi orang manja yang selalu mudah menangisi hal yang tak sesuai ingin.
Katamu, berubah jadi manusia beda dengan sifat lebih dewasa.

Katamu, iya katamu. Kamu yang sudah pergi. Terima kasih kata-katamu. :')

                                                                               MRP♥

Begitu Mencintaimu

Aku begitu mencintai sajak,
seperti puisi butuh kata lalu lalu lagu butuh irama.

Aku begitu mencintai biru pagi,
seperti ibu yang lupa hari lahirnya tapi ingat pertama anaknya berlari.

Aku begitu mencintai senja,
langit memakai pemulas pipi lalu pulang dengan doa yang aku eja.

Aku begitu mencintai malam,
gelap pekatnya mengantarkan aku lelap abaikan dingin kelam
bersama dinding kaku yang selalu kembali putar beberapa drama
lalu kamu yang selalu jadi alasan, aku menangis tertawa pergi bahkan bertahan.

Aku begitu mencintaimu,
meski tak melebihi cinta untuk Tuhan dan kedua orang tuaku.

Aku begitu mencintaimu.
Aku berharap kamu pun begitu.
Meski dalam hitungan detik atau bahkan dalam mimpi yang buru-buru pergi.