Cinta itu
egois bukan? Aku tak mengiyakan ini karna setelahmu cintaku berhenti egois. Memlikimu
yang kini kuanggap amat teregois. Kubuang jauh harap dan kukubur hidup-hidup
banyak asa di halaman belakang. Berharap mereka tenang tak lagi gentayangan.
Cinta itu
manis bukan? Aku tak mengiyakan ini karna setelahmu cintaku tak lagi manis. Semenjak
kamu pergi tanpa selamat tinggal yang harinya kerap kali aku rayakan.
Cinta itu
baik bukan? Aku tak mengiyakan ini karna setelahmu cintaku tak lagi baik. Banyak
akibat yang entah apa sebabnya. Aku tahu Tuhan ciptakan semua bergandengan,
setelah senang mungkin aku terbuang, setelah sedih mungkin aku menari lagi,
setelah datang mungkin kamu pergi dan kadang bahkan berkali kepergiaan tak
berpasangan dengan kepulangan. Mengulang hari perpisahan kita itu dulu jadi
kebiasaanku, menghitung berapa hari kamu tak lagi di sisi.
Cinta itu
menyenangkan bukan? Kali ini aku mengiyakan, cintamu memang menyenangkan meski
terakhir kau gores beberapa pedih. Tetap menyenangkan.
Membolak-balik
jam pasir, berkali, meski itu bukan pemberianmu atau punya kenang tentangmu pun.
Kini aku seperti bagian kosong setelah butiran pasir itu terbalik, dan entah
berapa lama waktu bagianku terisi lagi. Begitu kan cinta?
Aku tak
pernah salahkan waktu, karna waktu bukan ibu yang mampu merawat luka lebam di
dadaku.
Aku tak
pernah salahkan Tuhan, karna Tuhan lebih tau dan paling tahu tentang dimana
seharusnya keadaan.
Aku tak
pernah salahkan cinta, karna cinta aku pernah mengenalmu.
Aku tak
pernah salahkan kamu, karna kamu aku tahu bahwa hidupku bukan hanya untuk
meratap tanpa berlalu. Karna kamu, aku tahu apa-apa saja hal tak baik yang
harus aku tinggalkan bukan lupakan. Karna kamu, aku kini jadi perempuan baru
yang akan jadi lebih baik untuk lelaki terbaikku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar