Kamis, 12 Desember 2013

Aku lupa rasanya jatuh cinta

Aku lupa rasanya jatuh cinta. Sepeninggal sebuah rasa nyaman dan aman yang jadi satu dalam dada. Serasa sesak menyergap membunuh semua harap mentah-mentah, memaksa kutelan nyata bahwa ini hanya sekadar pernah ada.

Aku lupa rasanya jatuh cinta. Sepeninggal peluk paling hangat selepas hujan dingin akhir November kemarin.  Lenganmu tak lagi menyuruhku lelap pasrah ke dalamnya, kini hanya jadi sepasang hal yang aku rindu kedatangannya.

Aku lupa rasanya jatuh cinta. Sepeninggal senyummu berubah jadi semburat racun paling mematikan. Melihatnya pun mungkin sekarang aku tak mampu. Hatiku bukan sekadar perih hampir hancur lebih dari dua.

Aku lupa rasanya jatuh cinta. Sepeninggal kepalaku kehilangan dadamu. Dadaku kehilangan punggungmu. Tempatku pernah taruh dan sembunyikan doa dalam-dalam pada kebersamaan kita.

Aku lupa rasanya jatuh cinta. Sepeninggal lampu temaram kota yang iri dengan genggaman kita. Jalan lenggang yang tak ada lagi langkah kita. Sepasang mata penuh tatap bertabur cinta. Atau goresan tinta kisah paling manis berakhir miris.

Aku lupa rasanya jatuh cinta. Semenjak kantukku tak mudah datang, meski sudah seperempat malam kuangkat tangan rapalkan banyak doa, yang bohong tak ada namamu di setiap rapalnya. Bahkan beberapa derai airmata. Dadaku perih sakit meringis.

Aku lupa rasanya jatuh cinta. Sejak kakiku kehilangan arah. Sejak aku kehilangan rumah. Kamu rumahku, dan masih jadi tetap rumahku sampai saat ini. Tempat yang selalu kurindukan pulang, tempat aku hadiahi peluk dengan banyak rindu jalang.


Aku lupa rasanya jatuh cinta. Rasanya dijatuhi cintamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar