Aku membiarkanmu
bahagia dengan seorang lain yang bukan aku.
Aku membiarkanmu
menemukan seorang perempuan lain yang mampu tak sulut emosimu, yang mampu terus
tetap betah bertahan dengan kepalamu yang berkali kuanggap lebih keras
dari kepalaku. Yang pasti tetap itu bukan aku.
Aku membiarkanmu
menggenggam genggaman lain yang bukan lagi genggamanku. Mengisi tiap sisi
kosong di sela jemari yang tetap itu bukan jemariku.
Aku membiarkanmu
mengulang lagi cerita cintamu dari awal dan kutahu itu bukan lagi jadi
ceritaku. Merunut ulang rindu mulai lagi dari satu.
Aku membiarkanmu
bersama seorang lain yang gemar merutukimu dengan ocehan sebal bahkan kesal
yang mungkin suatu nanti akan kembali kau ulang karna merindu, dan pasti itu
bukan aku.
Aku
membiarkanmu kehujanan berdua dengan seorang lain yang pasti itu tetap bukan
aku. Tak pedulikanmu kedinginan dengan tiap deruan air hujan yang tumpah, tak
pedulikan perempuanmu yang kau beri perhatian hangat seperti dulu dan sekali lagi
kupastikan itu bukan lagi denganku.
Hingga sampai
satu nanti,
Aku tetap
membiarkanmu jatuh. Merangkak seret langkah dengan suara parau yang memang
berat atau sengaja kau berat-beratkan memanggil perempuanmu yang meninggalkanmu
jauh. Kali ini sama seperti apa yang aku rasa dulu.
Hingga sampai
entah kapan,
Aku tetap
membiarkanmu merenung sendiri. Meninggalkan seorang perempuan yang amat
mencintaimu. Membiarkannya begitu saja rapuh dan berkali bertahan karna benteng
tegarnya runtuh sebab merindumu. Membiarkannya kehilangan rumah kedua yang
dianggap nyaman setelah peluk kedua orang tuanya. Membiarkannya bangkit sendiri
dengan abaikan tiap orang baru yang mau bantu berdiri. Sekarang ia sudah mampu
bangkit lagi, bahkan tertawa, menertawakan keterpurukannya dulu sebab
kehilanganmu. Meskipun entah berapa kali dia ucap bahwa ia baik-baik saja
tanpamu, kali ini dia benar-benar baik adanya tanpa ada lagi cinta, untukmu. Aku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar