Yang
gemar mematut diri di kaca segi empat, kamu bukan seorang pesolek tapi selalu
bersikap manja berlaga kanan kiri bercermin di depan kaca segi empatmu. Kamu
cantik bagi dirimu sendiri, sayang. Tenang saja, kamu pun akan jadi menarik
dengan segala batasan-batasan bahkan kurangmu, bagi orang-orang yang
mengagumimu.
Yang
gemar mematut diri di kaca segi empat, kamu bukan seorang penikmat
kerlap-kerlip warna-warni alat dandan yang perempuan lain suka tapi selalu berputar
pasang segala mimik wajah sebelum pergi. Kamu cantik dan selalu jadi gadis
kecil yang masih harus disisiri rambutnya oleh ibumu. Tenang saja, kamu pun
akan jadi seorang yang pantas dicintai nantinya, bagi seorang lelaki yang tak
berkuda seperti cerita dongeng ayahmu.
Yang
gemar mematut diri di kaca segi empat, buang segala keras di kepalamu. Sisihkan
egois di sisi sebelah kiri hatimu, dan perbanyak sabar berlimpah di sebelah
kanan hatimu. Usia yang bukan lagi kepala satu, bertingkah seperti seorang perempuan
arogan yang suka seenak jidatmu saja mesti dan harus kamu singkirkan.
Yang
gemar mematut diri di kaca segi empat, bermimpilah setinggi apa yang kamu mau.
Tapi tolong berhenti berlebihan menggenggam tiap harap itu. Segala cita bahkan
cinta yang kamu genggam sekarang bukan tidak mungkin hanya sementara dan kamu
bukan pemilik tunggalnya.
Yang
gemar mematut diri di kaca segi empat, rindu memang kadang buat nafasmu sedikit
dan hampir mati tercekik. Rindu itu tak berlengan, sayang, bagaimana mungkin
dia mampu mencekikmu? Terlalu banyak imaji tentang rindu di semestamu. Aku tahu
betul bagaimana rasa kehilangan seorang terdekat sedarah denganmu, kenyataan
mungkin tak mampu kamu ubah semudah kamu berucap “BERUBAH!”, mengapa tak kamu
coba ubah segala pola pikirmu tentang kehilangan? Tuhan maha baik, sayang.
Yang
gemar mematut diri di kaca segi empat, jangan risaukan isi hati kekasihmu kini.
Percayakan saja seluruhnya pada setia. Jangan sekali-kali lagi kamu berpikir
bahwa kamu adalah karma kekasihmu pada masa lalunya. Dengan lihat sedikit banyak
sifat dan sikapnya padamu, apa kamu kurang yakin dengan sebentuk cinta sebagai
mas kawin pernikahan hati kalian?
Yang
gemar mematut diri di kaca segi empat, dengarkan kata kekasihmu waktu kemarin,
belajarlah lagi dari apa yang pernah terjadi. Kamu sudah cukup dewasa untuk
mengerti tiap kata yang terlantun darinya. Segala kemungkinan-kemungkinan
terburuk hidup yang sore beberapa hari lalu kalian bicarakan di taman kota
masih menghantuimu tiap malam ya? Kata-katanya memang benar adanya, kan? Kamu
patut memikirkannya lagi, usiamu sudah berkepala dua sekarang, April nanti akan
jadi dua puluh lebih satu, dewasa sudah harus ada di pemikiranmu, sayang.
Yang
gemar mematut diri di kaca segi empat, hentikan ocehanmu yang tiap kali pintamu
tak terpenuhi. Sekali lagi aku tekankan kamu bukan gadis kecil yang masih main
bawa-bawa boneka, sayang.
Yang
gemar mematut diri di kaca segi empat, perubahanmu belum kulihat banyak,
setidaknya lebih bersyukur akan hidupmu sudah pelan-pelan kamu lakukan.
Yang
gemar mematut diri di kaca segi empat, selamat menikmati hidupmu kini. Berhenti
hanya pikirkan hari ini, ingat bukan kata-kata pembelajaran kekasihmu
“bagaimana kamu bisa syukuri nikmat besar kalau nikmat kecil saja tak kau
syukuri”? Syukuri segala alur takdir Tuhan untukmu, sayang. Tetap jadi diri
sendiri yang tak teracuni zaman. Dan tetap jadi seorang yang mencintai dirinya
sendiri.
Dari,
Saudara
Kembarmu Dalam Kaca Segi Empat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar