Petang
belum juga datang aku sudah diprotes oleh sahabatku karena surat yang aku buat
dua hari kemarin membuatnya menangis tiap kali membacanya. Padahal tujuanku
menulisnya untuk buat lebih kuat hatinya merajut rindu di entah berapa jengkal
jarak ia dengan kekasihnya di sana.
Tak
ada maksud untuk buatmu menangis atau merasa lemah didatangi rindu dungu itu
berkali-kali setiap hari. Jarak bukan alasanmu lelah, sahabat. Apalagi perkara
menunggu yang jelas dan aku tahu betul kamu membencinya. Kali ini bukan hanya
soal perkara menunggu bukan? Bukan seperti dulu menunggu aku yang sering sekali
terlambat waktu buat janji denganmu, banyak sekali jengkel dan ocehan kecil di
bibirmu, bukan? Hehehe sudah, jangan lagi kamu resah menunggu orang yang aku
yakin pun tahu caranya menjaga hati.
Kekasihmu
pergi bukan untuk liburan atau hura-hura di sana. Menuntut ilmu agama, yang
akan jadi bekalnya, bekal kalian pun malah. Kekasihmu pergi bukan untuk mencari
pemandangan bidadari lain yang lebih elok atau cantik segala. Karna pasti
baginya kamu adalah salah-satunya pemandangan bidadari paling cantik yang amat
ia tunggu nanti di kepulangannya.
Sahabat,
kalau nanti rindu datang tetaplah persilahkan masuk, jamu ia dengan segala
kerendahan hatimu, katakan pada mereka bahwa seberapa banyak pasukannya datang
mengoyak benteng tabah di kantung matamu, kamu tetap kuat. Taruh mereka
satu-satu dalam peti mati yang kamu buat sendiri, dada kekasihmu akan jadi
pemakaman rindu mati nanti.
Satu
lagi, jangan kamu takut tak mampu menunggunya kembali. Jangan pedulikan berapa banyak
serigala liar di luar sana yang mau ambil hatimu. Jangan ladeni para lelaki
tampan tak tahu diri yang merajukmu dengan bawa seikat bunga atau bahkan segala
yang kekasihmu tak punya. Kamu hanya punya satu cinta. Dan sudah kamu beri
untuk kekasihmu, bukan? Jaga! Aku pun yakin kamu amat tahu bagaimana rasanya
disia-siakan cinta. Dan aku pun yakin kamu tak akan melakukannya.
Apalagi
yang kamu takuti, sahabat? Perkara nantinya kamu dan dia tak satu? Dan kamu
anggap soal menunggu kekasihmu itu akan jadi sia-sia. Sejak kapan kamu handal
menebak perihal takdir Tuhan, sahabat? Segala kemungkinan buruk hidup memang
pasti ada, kan? Dan sudah berkali kubilang, hidup itu resiko. Tuhan lebih tahu
soal bahagiamu lebih tahu malah dari pikiran-pikiran yang penuhi kepalamu kini.
Tuhan tak akan buat rindu dan soal perkara menunggumu itu sia-sia. Tenang saja,
sahabat.
Jangan
lagi gusar sayang.
Peluk
hangat lagi,
Sahabatmu
yang Kamu Protes Dua Hari Lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar