Sabtu, 08 Februari 2014

Ralat Surat Dua Hari Lalu

Petang belum juga datang aku sudah diprotes oleh sahabatku karena surat yang aku buat dua hari kemarin membuatnya menangis tiap kali membacanya. Padahal tujuanku menulisnya untuk buat lebih kuat hatinya merajut rindu di entah berapa jengkal jarak ia dengan kekasihnya di sana.
Tak ada maksud untuk buatmu menangis atau merasa lemah didatangi rindu dungu itu berkali-kali setiap hari. Jarak bukan alasanmu lelah, sahabat. Apalagi perkara menunggu yang jelas dan aku tahu betul kamu membencinya. Kali ini bukan hanya soal perkara menunggu bukan? Bukan seperti dulu menunggu aku yang sering sekali terlambat waktu buat janji denganmu, banyak sekali jengkel dan ocehan kecil di bibirmu, bukan? Hehehe sudah, jangan lagi kamu resah menunggu orang yang aku yakin pun tahu caranya menjaga hati.
Kekasihmu pergi bukan untuk liburan atau hura-hura di sana. Menuntut ilmu agama, yang akan jadi bekalnya, bekal kalian pun malah. Kekasihmu pergi bukan untuk mencari pemandangan bidadari lain yang lebih elok atau cantik segala. Karna pasti baginya kamu adalah salah-satunya pemandangan bidadari paling cantik yang amat ia tunggu nanti di kepulangannya.
Sahabat, kalau nanti rindu datang tetaplah persilahkan masuk, jamu ia dengan segala kerendahan hatimu, katakan pada mereka bahwa seberapa banyak pasukannya datang mengoyak benteng tabah di kantung matamu, kamu tetap kuat. Taruh mereka satu-satu dalam peti mati yang kamu buat sendiri, dada kekasihmu akan jadi pemakaman rindu mati nanti.
Satu lagi, jangan kamu takut tak mampu menunggunya kembali. Jangan pedulikan berapa banyak serigala liar di luar sana yang mau ambil hatimu. Jangan ladeni para lelaki tampan tak tahu diri yang merajukmu dengan bawa seikat bunga atau bahkan segala yang kekasihmu tak punya. Kamu hanya punya satu cinta. Dan sudah kamu beri untuk kekasihmu, bukan? Jaga! Aku pun yakin kamu amat tahu bagaimana rasanya disia-siakan cinta. Dan aku pun yakin kamu tak akan melakukannya.
Apalagi yang kamu takuti, sahabat? Perkara nantinya kamu dan dia tak satu? Dan kamu anggap soal menunggu kekasihmu itu akan jadi sia-sia. Sejak kapan kamu handal menebak perihal takdir Tuhan, sahabat? Segala kemungkinan buruk hidup memang pasti ada, kan? Dan sudah berkali kubilang, hidup itu resiko. Tuhan lebih tahu soal bahagiamu lebih tahu malah dari pikiran-pikiran yang penuhi kepalamu kini. Tuhan tak akan buat rindu dan soal perkara menunggumu itu sia-sia. Tenang saja, sahabat.
Jangan lagi gusar sayang.

Peluk hangat lagi,

Sahabatmu yang Kamu Protes Dua Hari Lalu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar