Rabu, 05 Februari 2014

Kali Ini Tertulis Untuk Sahabatku

Tahun ini bukan tahun awal kamu mulai memilin kepangan rindu sendu di sepanjang kilometer jarak dengan kekasihmu. Dan kuyakin bukan kali pertama kamu rajut sabar pelan-pelan di semestamu. Kamu wanita kuat yang aku tahu, airmatamu yang tumpah ruah buncah bukan alasan untukmu jadi lemah, bukan?
Sahabat, rupa cantik yang tak wanita lain punya sudah ada di kamu semenjak lahir dari perih ibumu. Tak perlu kamu risau dengan banyak bidadari cantik lain yang ada di sekitar kekasihmu, meski ragu diam-diam menggerogoti batinmu tiap malam hadir dan perasaan gamang menyibak datang. Kamu wanita cantik yang aku tahu, semburat cemberut yang sering kamu buat tak sedikit pun tutupi manis gula pada senyummu.
Sahabat, barisan sabar dalam jiwamu pun kuyakin sudah dalam puncak tertinggi kesadaranmu. Kamu tahu ada hati yang hati-hati kamu jalani kini. Usiamu bukan lagi seperti bocah lima tahun yang doyan habisi satu-dua permen kaki, bukan juga anak remaja putih biru yang baru kenal cinta monyet. Usiamu sudah sampai angka dua puluh lebih satu, pikiran dewasa sudah bukan lagi datang lalu pergi tapi sudah menetap minta diyakini, bukan?
Sahabat, cinta bukan sekadar basa-basi dia ada dan keharusanmu untuk tetap tinggal. Tapi cinta keyakinanmu untuk ada walau dia jauh berjarak ribuan hasta dari hadapmu. Yakin yang kautiti tiap hari bukan hitungan satu-dua-tiga jemari tapi keputusan yang akan kaunikmati manis sampai pahit di akhir ceritamu nanti. Berhenti pikirkan hari ini saja, Nona.
Cintamu dan cintanya itu satu yang aku tahu. Aku bukan peramal hebat apalagi Tuhan yang menjelma serba tahu tentang segala isi hati dan akhir cintamu. Aku hanya sahabat yang punya waktu lebih banyak dari lelakimu itu kini, sedia bahu yang kalau-kalau di satu hari kamu butuh untuk lepas airmata yang kautahan sedari malam di kantung matamu.
Sahabat, ketahuilah sabar bahkan debar yang kautanam semenjak hari pertama kekasihmu pergi untuk tuntut ilmu agama itu tak akan pernah salah. Hidup itu resiko bukan? Setidaknya, setia sudah jadi pilihan paling mudah untuk bertahan. Entah akhir bahagia atau tidak yang pasti kamu akan bahagia. Dengan atau tanpa dia.
Sahabat, Tuhan bukan hanya ada di tiap untaian ayat Al-Quran yang tiap hari kamu baca. Bukan cuma ada di butiran tasbih para taat agama. Tuhan ada di dadamu, Tuhan ada dari bagaimana kamu meyakiniNya. Tuhan ada di dadamu, bukan? Cinta pun ada di barisan bawah entah ke berapa yang pasti ada, berderet serasi dengan nama lelakimu di sampingnya.
Sahabat terbaikku, Imas Qomariah. Bukan satu-dua tahun aku mengenalmu. Tiap perubahan sifat dan sikap semenjak mengenal kekasihmu aku sedikit bahkan banyak tahu, semuanya baik menurutku. Sekali lagi, setia itu pilihan paling mudah untuk bertahan. Dan kamu sudah menjalaninya dengan banyak tabah mengepul di hatimu.
Jangan lupa bahagia hari ini, yaa. Tuhan selalu jaga cinta yang setengah mati kamu jaga di sana. Jangan risaukan lelakimu. Dia baik-baik saja, nanti akan sedia bayar ribuan peluk tukar dengan rindu yang hampir berkarat di kantung saku bajumu.
 
Peluk hangat,

Dari wanita yang kaukenal dari masa putih abu-abu

2 komentar:

  1. sweet :D temenannya semoga selalu akrab sampe tua yaaaa
    -ika

    BalasHapus
  2. Hihi amin, terima kasih doa baiknya kaka pos cantik. :)

    BalasHapus