Kepada lelakiku yang
berdada sabar setelah tabah ayahku.
Lelakiku, senang
menyebutmu lelakiku. Lelaki yang pernah rela menunggu dengan dada paling sabar
setelah tabah ayahku. Dari segala patah lebih dari tiga yang pernah kubuat
padamu. Maaf atas segala salah dan tak sadarku akanmu dulu.
Lelakiku, senang
menyebutmu lelakiku. Lelaki yang pernah tulus beri senyum paling manis di atas
penantianmu. Dari segala abaiku akan cintamu, yang kuanggap semu dulu.
Lelakiku, senang
menyebutmu lelakiku. Lelaki yang pernah punya isi kepala di luar dugaku. Segala
rencanamu yang ada aku di dalamnya, entah beda yang kauucap dari segala manis
yang pernah telingaku dengar. Semoga tak berakhir seperti para pencandu cinta
yang hanya mencandu itu. kamu lain, semoga.
Lelakiku, senang
menyebutmu lelakiku. Lelaki yang pernah korbankan waktu bahkan segala untuk
perempuan yang buta hati dulu, aku. Dari segala perihal dan perkara yang
kaubuat semua jadi baik-baik saja. Kamu tahu bahwa waktu bukan ibu yang mampu
basuh segala luka di dadamu. Kamu mampu obati segala perih hatimu sendiri,
bukan? Maaf kalau segala sebab dari semua itu aku. Segala tangguhmu kutahu tak
selamanya mampu, tapi ketahuilah segala keras kepalaku tak selamanya batu.
Lelakiku. Semoga selalu
jadi lelakiku.
Kecup sayang,
Yang semalaman tadi
berdoa untuk segala baikmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar